Pembentukan Cekungan

Gambarcekungan Natuna Barat

Tektonik merupakan faktor utama yang mengontrol pembentukan dan penghancuran akomodasi. Tanpa subsidensi tekton tidak akan ada cekungan sedimen. Tektonik juga mempengaruhi laju pemasokan sedimen ke dalam cekungan. Subsidensi tektonik terjadi melalui dua mekanisme utama: ekstensi dan pembebanan fleksur (flexural loading).

Gambar

 Laju subsidensi itu menentkan volume sedimen yang terakumulasi dalam cekungan, setelah dimodifikasi oleh efek pembebanan, kompaksi dan guntara. Extensional basin dapat terbentuk pada berbagai tatanan tektonik lempeng, namun umumnya terbentuk pada tepi  lempen konstruktif. Dalam  extensional basin,  laju perubahan  subsidensi  tektonik berlangsung  secara  sistematis dari waktu  ke waktu. Subsidensi pada cekungan ini diawali oleh perioda subsidensi awal yang berlangsung cepat akibat peneraan isostatis, kemudia diikuti oleh perioda subsidensi termal yang berlangsung lambat dan berangsur (60-100 juta tahun) akibat pendinginan astenosfer. Perubahan yang sistematis dari  laju subsidensi  tektonik sangat mempengaruhi geometri endapan pengisi cekungan. Hubba (1988) membagi endapan cekungan  ini ke dalam 3 paket: (1) megasekuen yang  terbentuk sebelum  terjadinya retakan  (pre-rift megasequence);  (2)  megasekuen  yang  terbentuk  selama  berlangsungnya  retakan  (syn-rift  megasequence);  dan  (3)  megasekuen  yang  terbentuk  setelah  terjadinya  retakan  (post-rift megasequence).  Pada model  syn-rift megasequence  sederhana sedimen diendapkan dalam deposenter-deposenter  yang  keberadaannya dikontrol oleh  sesar-sesar aktif dalam  cekungan  itu. Subsidensi diferensial di sepanjang sesar-sesar ekstensi mengontrol penyebaran fasies dalam deposenter-deposenter tersebut. Dalam  post-rift megasequence,  setiap  topografi  yang  terbentuk  selama  syn-rift  phase  sedikit  demi  sedikit  akan  tertutup  oleh sedimen yang diendapkan pada post-rift phase. Sedimen-sedimen  itu akan memperlihatkan pola onlap  terhadap tepi cekungan sehingga menghasilkan geometri  “streers head”  (McKenzie, 1978). Syn-rift megasequence dan post-rift megasequence dalam cekungan bahari mengandung sekuen-sekuen yang pembentukannya dikontrol oleh perubahan muka air laut frekuensi tinggi. Foreland basin terbentuk sebagai hasil tanggapan litosfir terhadap beban pada sabuk anjakan. Litosfir akan melengkung dan amblas akibat beban baru yang diletakkan di atas  litosfir  itu melalui proses pensesaran naik. Subsidensi  tidak sama di setiap empat. Subsidensi  paling  tinggi  terjadi  pada  pusat  beban. Sedimen  pengisi  cekungan  ini memiliki  ciri  khas,  yaitu  bentuknya membaji, dimana ketebalan sedimen bertambah ke arah sabuk anjakan. Lebar cekungan ini sebanding dengan ketegaran litosfir yang  ada  di  bawah  sabuk  anjakan,  sedangkan  kedalamannya  sebanding  dengan  besarnya  beban.  Foreland  basin  di  dekat sabuk  pegunungan  yang  sedang  tumbuh  umumnya  besar  serta memperoleh  pasokan  sedimen  dalam  jumlah  dan  laju  yang tinggi. Penghentian sementara pensesaran naik serta  tererosinya sabuk pegunungan menyebabkan berkurangnya beban yang dipikul oleh litosfir dan, pada gilirannya, menyebabkan cekungan terangkat. 

 Gambar

Strike-slip basin tidak memiliki pola subsidensi yang khas. Walau demikian, secara umum laju subsidensi dan pengangkatan pada cekungan itu sangat tinggi. Di Lanos Basin, pasokan sedimen lebih tinggi daripada subsidensi. Karena itu, cekungan  tersebut  terisi penuh oleh  sedimen.  Sedimen  lain  yang masuk  ke dalam  cekungan  tersebut di-bypass menuju  laut yang lebih dalam. Kurva subsidensi cekungan itu menunjukkan bahwa subsidensi Jaman Kapur dan Tersier berlangsung lambat dan ditafsirkan sebagai subsidensi  termal dalam cekungan belakang busur. Dua kali penambahan  laju subsidensi yang  terjadi pada Eosen Tengah-Akhir dan Miosen Tengah ditafsirkan terjadi pada dua fasa pembentukan Pegunungan Andes.

Di South Viking Graben, sebuah rift basin, sedimentasi tidak selalu sejalan dengan subsidensi tektonik. Pada Jaman Kapur, cekungan  ini  kekurangan  sedimen  sehingga  laju  subsidensi  lebih  lambat  daripada  yang  sewajarnya.  Pada  Jaman  Tersier, sewaktu daratan Skotlandia dan North Sea Basin terangkat, sedimen banyak diangkut ke dalam cekungan ini sehingga kembali mengalami subsidensi (Milton dkk, 1990). Bagian-bagian lain dari cekungan ini kemudian terisi oleh sedimen sehingga akhirnya terbentuk laut dangkal seperti keadaannya sekarang. Pemisahan fasa subsidensi syn-rift dan post-rift dalam cekungan ini sukar dilakukan karena adanya perioda kekurangan sedimen yang menjadi perioda transisi dari kedua fasa tersebut (Milton, 1993).  

Sewaktu subsidensi berlangsung cepat, batas-batas sekuen yang  terbentuk akibat penurunan muka air  laut akan  terhapus sehingga  sukar  dikenal.  Di  lain  pihak,  batas-batas  sekuen  yang  terbentuk  pada  waktu  subsidensi  atau  pengangkatan  yang lambat akan tampak jelas. 

Tinggalkan komentar